Teknik tes bukanlah
satu-satunya teknik untuk melakukan evaluasi hasil belajar, sebab masih ada
teknik lain yaitu teknin non tes. Penilaian hasil belajar peserta didik dengan teknik non tes dilakukan tanpa
“menguji” peserta didik, melainkan dilakukan dengan melakukan pengamatan secara
sistematis (observation), wawancara (interview), menyebarkan angket (questionaire), dan memeriksa atau meneliti dokumen (documentary analisys).
Teknik non tes biasanya
memegang peranan penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik
dari segi ranah sikap hidup (affective
domain) dan ranah keterampilan (psychomotoric
domain), sedangkan teknik tes lebih banyak digunakan untuk mengevaluasi
hasil belajar dari ranah proses berpikirnya (cognitive domain).
1. Pengamatan/
Observasi
Pengamatan
adalah cara menghimpun data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan
sasaran pengamatan.
Observasi
sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkah laku individu atau
proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang
sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Obserbasi dapat mengukur hasil dan
proses belajar; misalnya tingkah laku peserta didik pada waktu guru
menyampaikan pelajaran di kelas.
Observasi
dapat dilakukan baik secara partisipatif maupun nonpartisipatif. Observasi
dapat pula berbentuk eksperimental, yaitu observasi yang dilakukan dalam
situasi buatan/ berbentuk observasi noneksperimental, yaitu observasi yang dilakukan
dalam situasi yang wajar. Pada observasi berpartisipasi, observer (pendidik yang sedang melakukan penilaian: guru, dosen,
dsb.) melibatkan diri ditengah-tengah observee
(peserta didik yang sedang diamati tingkah lakunya: murid, mahasiswa, dsb.),
sedangkan pada observasi nonpartisipasi, evaluator berada “di luar garis”,
seola-olah sebagai penonton belaka.
Pada
observasi eksperimental dimana tingkah laku yang diharapkan muncul karena
peserta didik dikenai perlakuan (treatment)
atau suatu kondisi tertentu, maka observasi memerlukan perencanaan dan
persiapan yang benar-benar matang; sedangkan pada observasi noneksperimen
pelaksanaannya jauh lebih sederhana karena observasi semacam ini dapat
dilakkukan secara sepintas lalu saja.
Jika
observasi digunakan sebagai alat evaluasi, maka harus selalu di ingat bahwa
pencatatan hasil observasi itu pada umumnya jauh lebih sukar daripada mencatat
jawaban-jawaban yang diberikan peserta didik terhadap pertanyaan-pertanyaan
yang diberikan dalam suatu tes, sebab respon yang diperoleh dalam observasi
adalah berupa tingkah laku. Mencatat tingkah laku adalah pekerjaan yang sulit,
sebab observer selaku evaluator harus dapat dengan cepat mencatatnya. Pencatatan terhadap segala sesuatu
yang dapat disaksiakan dalam observasi itu penting sekali sebab hasilnya akan
dijadikan landasan untuk menilai makna yang terkandung dibalik tingkah laku
paserta didik tersebut.
Observasi
yang dilaksanakan dengan terlebih dahulu membuat perencanaan secara matang,
dikenal dengan observasi sistematis (systematic
observation). Pada observasi ini, observasi dilaksanakan dengan
berlandaskan pada kerangka kerja yang memuat faktor-faktor yang telah diatur
kategorisasinya. Isi dan luas materi observasi telah ditetapkan dan dibatasi
secara tegas sehingga pengamatan dan pencatatan yang dilakukan oleh evaluator
sifatnya selektif. Faktor-faktor apa saja yang tercantum dalam pedoman
observasi itulah yang diamati dan dicatat. Pedoman observasi wujud konkretnya
adalah formulir (blanko atau form) yang didalamnya dimuat segi-segi,
aspek-aspek atau tingkah laku yang perlu diamati dan dicatat pada waktu
berlangsungnya kegiatan peserta didik.
Evaluasi
hasil belajar yang dilaksanakan dengan melakukan observasi disamping memiliki
kebaikan, tidak terlapas juga dari kekurangan-kekurangan. Kebaikan observasi
antara lain:
a.
Data observasi
diperoleh secara langsung dilapangan, yakni dengan jalan melihat dan mengamati
kegiatan atau ekspresi peserta didik di dalam melakukan sesuatu, sehingga data
tersebut dapat lebih obyektif dalam melukiskan aspek-aspek kepribadian peserta
didik menurut keadaan yang senyata-nyatanya.
b.
Data hasil
observasi dapat mencakup berbagai aspek kepribadian masing-masiang individu
peserta didik; dengan demikian maka di dalam pengolahannya tidak berat sebelah
atau hanya menekankan pada salah satu segi dari kecakapan atau prestasi belajar
mereka.
Adapun
kelemahan observasi, antara lain adalah sebagai berikut:
a.
Observasi tidak
selalu dapat dilakukan dengan baik dan benar oleh para pengajar. Guru yang
kurang memiliki kecakapan dalam melakukan observasi, maka hasil observasinya
menjadi kurang dapat diyakini kebenarannya. Untuk menghasilkan data observasi
yang baik, guru harus mampu membedakan apa yang tersurat dengan apa yang
tersirat.
b.
Kepribadian
observer sering menyelinap dalam penilaian yang dilakukan dengan observasi.
Prasangka yang dimiliki observer dapat mengakibatkan sulit dipisahkannya secara
tegas mengenai tingkah laku peserta didik yang diamatinya.
c.
Data yang
diperoleh umumnya baru dapat mengungkap “kulit luarnya” saja. Adapun yang
terjadi dibalik pengamatan belum dapat terungkap secara tuntas hanya dengan
observasi, sehingga membutuhkan cara-cara lain, misalnya wawancara.
2. Wawancara
Wawancara
adalah cara menghimpun data yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab
lisan secara sepihak, berhadapan muka, dengan arah serta tujuan yang telah
ditentukan.
Ada
dua jenis wawancara, yaitu:
·
Wawancara
terpimpin/ wawancara berstruktur (sistematis).
·
Wawancara tidak
terpimpin/ wawancara bebas.
Dalam
wawancara terpimpin, evaluator melakukan tanya jawab dengan pihak-pihak yang
diperlukan. Wawancara ini sudah dipersiapkan secara matang, yaitu dengan
berpegang pada panduan wawancara.
Kelebihan
yang dimiliki oleh wawancara;
1. Evaluator
dapat melakukan kontak langsung dengan responden yang akan dinilai, sehingga
dapat diperoleh hasil yang lebih lengkap dan mendalam.
2. Responden
bisa mengeluarkan isi hatinya secara bebas.
3. Data
dapat diperoleh baik dalam bentuk kualitatf maupun kuantitatif; pertanyaan yang
kurang jelas dapat diulang dan dijelaskan dan sebaliknya jawaban yang kurang
jelas juga dapat diulang dan dijelaskan, asal tidak mempengaruhi/ mengarahkan
jawaban responden.
Wawancara
dapat dilengkapi dengan perekam suara, sehingga jawaban atas pertanyaan yang
diajukan dapat dicatat lebih lengkap.
Dalam
wawancara bebas, evaluator mengajukan pertanyaan kepada responden tanpa
dikendalikan oleh pedoman tertentu. Mereka dengan bebas mengemukakan
jawabannya. Hanya saja pada saat menganalisis dan menarik kesimpulan hasil
wawancara bebas evaluator akan kesulitan. Mengingat daya ingat manusia terbatas,
sebaiknya hasil wawancara dicatat seketika. Mencatat hasil wawancara terpimpin
dengan alat bantu berupa pedoman wawancara tidak sulit, sebaliknya mencatat
hasil wawancara bebas adalah jauh lebih sulit karena evaluator harus cermat
dalam mencatat pokok-pokok jawaban yang diberikan oleh responden.
3. Angket
Penggunaan
angket untuk mengumpulakan data jauh lebih praktis dan menghemat waktu dan
tenaga. Namun, jawaban-jawaban yang diberikan sering tidak sesuai dengan
kenyataan yang sebenarnya.
Angket
dapat diberikan langsung kepada peserta didik, dan ada yang diberikan kepada
orang tua mereka. Pada umumnya tujuan pengguaan angket adalah untuk memperoleh
data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam
menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka dan untuk memperoleh data
sebagai bahan dalam menyusun kurikulum dan program pembelajaran.
Angket
sering digunakan untuk menilai hasil belajar ranah afektif. Angket bisa berupa
pilihan ganda atau skala sikap.
4. Dokumentasi
Evaluasi
hasil belajar peserta didik dapat dilengkapi dengan melakukan pemeriksaan
terhadap dokumen-dokumen; misalnya biografi. Berbagai informasi, baik mengenai
peserta didik maupun orang tua dan lingkungannya pada suatu saat mungkin
diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil
belajar terhadap peserta didiknya. Informasi tersebut dapat direkam melalui
dokumen berbentuk formulir atau blanko isian yang harus diisi pada saat peserta
didik untuk pertama kali diterima sebagai siswa di sekolah yang bersangkutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar